https://www.facebook.com/lutfi.ishak/posts/1192542510756401
Bicara dapat diertikan sebagai penjelasan yang mengungkapkan sesuatu yang tersimpan dalam hati dan menyampaikan berbagai-bagai rahsia yang terpendam, di mana hal yang disampaikan tidak mungkin ditarik balik dan kesalahan yang terjadi (salah ucap) tidak mungkin untuk dibantah. Untuk itu, orang berakal harus menjaga diri dari kesalahan dalam berbicara dengan cara menahan diri dari berbicara atau mengurangkannya.
Nabi SAW bersabda, "Allah SWT memberi rahmat kepada orang yang berbicara tentang kebaikan, lalu ia mendapatkan keberuntungan; atau diam, lalu mendapatkan keselamatan. Baginda bersabda kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz, engkau akan selamat jika diam. Sedangkan bila engkau berbicara, boleh saja engkau beruntung dan boleh juga sebaliknya."
Ali bi Abi Thalib RA berkata, "Dari lidah dapat diketahui kebodohan dan kecerdasan seseorang." Ahli hikmah berkata, "Diamlah, maka engkau akan dianggap orang yang bijak, sama ada engkau pandai ataupun bodoh." Seseorang sasterawan berkata, "Berbahagialah orang yang lisannya menjadi benteng yang kuat (tidak berbicara) dan jika berbicara, perkataannya bermanfaat."
Seorang ulama berkata, "Yang dapat menyelamatkan orang berakal ialah ia tidak berbicara kecuali kerana suatu keperluan atau untuk menyampaikan alasan, dan tidak bertindak kecuali memikirkan akibatnya atau memikirkan akhiratnya."
Ahli balaghah berkata, "Diamlah, kerana ia akan memberikanmu cinta yang murni, melindungimu dari cercaan, menganugerahimu pakaian kewibawaan, dan memberimu waktu yang cukup untuk menghimpun banyak alasan."
Ahli bahasa berkata, "Ikatlah lidahmu kecuali untuk menyuarakan kebenaran, mematahkan kebatilan, menebar hikmah, atau untuk mengingat nikmat yang diterima."
Imam al-Mawardi
Adab al-Dunya wal-Din
Disalin dari terjemahan Indonesia oleh Ahmad Farid Nazori dengan beberapa penyesuain ke bahasa Melayu.
No comments:
Post a Comment